Namaku Steffany
Ashley. Aku murid kelas 1 menengah atas di Kinley High School. Aku tinggal di
Seatlle, Washington, Amerika. Sebenarnya aku orang Inggris dan benar-benar
menolak untuk pindah kemari, tapi Dad selalu memaksaku. Dad juga bilang kalau
aku tidak mau ikut pindah, dia tidak akan menanggung biaya kuliahku di
University of Kent, Inggris. Ya Tuhan… padahal aku ingin sekali kuliah di sana.
Jadi mu tidak mau aku menuruti ayahku. Ibu? Bila ayah sudah bilang harus
pindah, ibu hanya bisa ikut, bahkan ibu tidak membelaku waktu aku bilang tidak
ingin pindah.
Bukannya tidak peduli
denganku. Kalau ayah dan ibu tidak peduli denganku sudah dari sulu aku
ditelantarkan dan meninggalkanku sendiri di Inggris. Aku percaya, apa yang
dikatakan ayah dan ibu atau apa yang mereka mau itu untuk kebaikanku sendiri.
Kembali lagi tentang
Universitas Kent. Aku tahu, biaya masuk Universitas Kent jurusan Astronomi
memang mahal sekitar 250jt. Tapi aku tidak boleh menyerah, setidaknya aku harus
terus belajar dan berusaha mendapatkan beasiswa.
Kadang aku bingung.
Kenapa orang-orang menertawakan ku ketika aku berkata tentang cita-citaku. Oke,
cita-citaku ingin menjadi astronot atau paling tidak aku menjadi ahli
astronomi. Lalu, apa ada yang salah?
Contohnya, seperti aku
pertama kali masuk ke Kinley High School. Karena semua yang ada disini murid
baru (karena kami baru memulai tahun pertama) jadi kami disuruh bergantian
memperkenalkan diri. Aku benar-benar gugup waktu itu, sedangkan murid lain terlihat
gembira. Aku tidak yakin, aku bisa bergaul dengan mereka.
Mereka memperkenalkan
diri dengan lancar dan tibalah namaku dipanggil.
“Steffany Ashley? Maju
kedepan, pekenalkan dirimu, gadis manis” Panggil guru yang kutahu bernama
Talitha Sarah. Guru yang baik, yah menurutku, dia juga cantik. Sebelum maju ke
depan, aku menghembuskan napas. Tidak kupedulikan murid lain yang cekikikan
ketika aku maju.
“Thank’s, Miss Sarah” Jawabku, lalu tersenyum padanya.
“Okay, Silahkan, Miss Ashley”
Sekali lagi aku menghembuskan
napasku. Aku merasa akan ada hal buruk menimpaku setelah ini.
“Hy, Perkenalkan
namaku Steffany Ashley. Aku dari Inggris. Umurku 15 tahun. Hobiku membaca dan
mengamati bintang…” Kataku dengan lancar, sebenarnya aku lupa apa lagi yang
harus kukatakan.
“Cita-citamu dan
kenapa kau memilih Kinley High School, Miss Ashley?”
“Ah ya, aku tidak
pernah mengira akan masuk Kinley High School, lalu tiba-tiba ayah mengajak
pindah kemari, karena tugasnya dipindah. Aku harap aku betah disini dan cepat
mendapat teman. Cita-cita ku ingin menjadi astronot dan ahli astronomi. Thank
you”
Aku bingung. Serius
aku bingung. Semua kelas hening ketika aku selesai memperkenalkan diri bahkan
Miss Sarah juga bingung. Biasanya kan ada tepuk tangan. Kemudian kelas
terbahak-bahak dengan jari telunjuk mereka yang menunjuk-nunjuk ku. Apa aku
mengatakan hal yang salah? Aku menoleh menatap Miss Talitha dan dia cuma
menutupi kikikannya. Aku bingung sampai salah seorang murid laki-laki berkata,
“Bagaimana bisa kau jadi astronot kalau kau gendut dan pendek seperti itu
hahaha…”
Jujur aku shock
mendengarnya. Dan banyak lagi yang menimpali.
“Yang ada mungkin kau
tidak bisa kembali hahaha….”
“Kau bahkan tidak
terlalu tinggi untuk menghapus papan tulis, lalu kau ingin menggapai luar
angkasa? Hahaha..”
“Mimpimu terlalu
tinggi…”
“Berpikirlah
rasional…”
“Kau tidak akan bisa menjadi astronot!”
Yaaaa, aku memang
gendut dan pendek, culun pula. Itu semua turunan dari ayahku. Tapi apa ada yang
salah? Ini mimpiku, kenapa kalian yang repot-repot mengurusnya. Masalah
tercapai tidaknya kan aku yang menntukan. Sebenarnya aku ingin marah dan
menangis. Aku juga menahan malu. Tapi aku tidak bisa, akhirnya aku hanya diam
dan duduk kembali di bangkuku.
Bahkan Miss Talitha
pun yang tadinya ku anggap baik masih saja menahan tawanya. Rasanya aku ingin
ditelan bumi saat itu juga hhh…
Nah miris sekali kan,
mereka selalu membullyku. Hamper semua anak membullyku tapi aku menyadari ada 1
anak perempuan yang tidak tertawa, dia malah terlihat khawatir. Namanya
Kathrine Williams. Dia juga teman sekaligus sahabatku di Kinley High school.
Pendapatku salah besar tentangnya, ternyata dia gadis yang baik.
Pembullyan kepadaku
pun dimulai. Contohnya, setelah kejadian itu aku ke kantin sendiri karena Kat
–Kathrine menyuruhku memanggilnya Kat– sedang dipanggil oleh Mr. Von tentang
nilai Matematikanya. Tentu saja aku dibully. Kau tahu? Saat aku mengantre
hendak mengambil lauk seseorang mendorongku sampai aku tersungkur ke bawah,
padahal di nampan ku ada sup dan jus jeruk. Dan semua itu menumpahi pakaian ku.
Sialan– umpatku. Mereka semua
menatapku dan menertawakanku. Alhasil, di pelajaran terakhir perutku berbunyi
terus menerus, untung tidak ada yang menyadarinya.
Pernah juga, waktu
selesai kelas musik, karena bukuku ketinggalan, aku kembali ke ruang musik. Aku
tidak tahu kenapa murid-murid itu bisa tahu aku akan kembali lagi, mereka
menyiapkan ember air dan penghapus papan tulis kapur di atas pintu. Yaahh, kau
tahu, saat aku membuka pintu, air dan penghapus mengotori tubuhku. Aku salut
pada mereka, benar-benar cerdik. Lagi-lagi aku hanya bisa mengelus dada.
Berkali-kali aku
bicara pada Dad bahwa aku ingin pindah sekolah. Aku juga mengatakan kalau aku
dibully, didorong hingga pakaianku kotor, lokerku yang dipenuhi lem. Tapi Dad
sekali lagi Cuma berkata, “Fany sayang, aku tahu kau tdak menyukai pindah ke
Seattle, tapi setidaknya jangan berbohong pada ayahmu. Lagipula kata ibumu kau
sudah punya teman bukan? Berteman dan belajarlah dengan baik. Dad hanya ingin
kau bahagia” Lalu ia bakal sibuk lagi dengan rancangan rumahnya. Oh ya, ayahku
seorang arsitek dan ibu membuka took roti di dekat rumah.
KALAU DAD INGIN AKU
BAHAGIA BANTU AKU DAN JANGAN MENUDUHKU BERBOHONG, ITU SUNGGUHAN, DAD. Aku
mengatakannya dalam hati. Tidak mungkin aku mengatakannya secara blak-blakan di
depan Dad, bisa-bisa aku didepak dari rumah.
Kalau aku bicara pada
ibuku tentang aku yang dibully, mungkin dia akan kaget tapi setelah itu dia
lupa lagi. Ibuku orang yang mudah lupa. Bahkan ia penah lupa namaku.
Dan aku tidak akan
bicara pada kakakku. Dia lebih tua 2 tahun dariku, namanya Victoria Ashley.
Bisa-bisa aku diejek habis-habisan. Aku dan Vic tidak satu sekolah, padahal Dad
bisa saja memasukkannya ke Kinley High School. Ah tidak, kalau Vic sekolah di
Kinley mungkin dia juga ikut bersekongkol dengan teman-temanku untuk
membullyku. Vic tidak terlalu gendut, dia juga tinggi, jadi kadang dia sama
sekali tidak terlalu gendut. Mirip Mom. Kenapa tidak aku saja yang seperti itu…
ToT. Bagaimanapun ini pemberian Tuhan, aku harus bersyukur.
Tekadku bulat, aku
tidak akan meninggalkan mimpi dan cita-citaku hanya karena aku dibully oleh
teman-teman. Mulai sekarang aku tidak akan mempedulikan bullyan itu dan focus
belajar. Harus bisa mendapat beasiswa dan menjadi siswa terbaik seangkatan di
Kinley High school dan bisa masuk University of Kent dengan mudah. Amin.
.
.
.
Aku tahu cerita ini masih berantakan, cuma cepen sekilas yang aku buat. Niatnya pengen bikin novel judulnya 'Diary of Steffany Ashley in America'. ini cuma percobaan -_- Mudahan novelnya terselesaikan :)
Maaf juga udah lama hiatus dari blog, aku lagi sibuk akhir-akhir ini, maklum baru jadi anak SMA xD
Itu aja, aku terima kritikan apapun, tapi kalau bisa yang membangun ya jangan yang bikin aku down :)
Thank's
-Miku Haruna-